Kunjungan ke PG Madukismo

Hari/Tanggal : Kamis/22 Januari 2015
Objek :  PG Madukismo
Lokasi : Yogyakarta, Jawa Tengah
Status : Milik Keraton Yogyakarta dan PT Rajawali Nusantara Indonesia
Bidang Usaha : Produksi tanaman tebu
Organisasi & Manajemen  

:

Kepemilikan saham PG Madukismo saat ini adalah 65% dimiliki oleh Sri Hamangku Buwono X (Keraton Yogyakarta) dan 35% yang dikuasai oleh PT. RAJAWALI NUSANTARA INDONESIA. Struktur pengurus saat ini adalah: Komisaris Utama, Komisaris (2 orang), dan Direktur

Kegiatan :

Kegiatan yang dilakukan di PG Madukismo ini melibatkan banyak tenaga kerja, termasuk petani tebu. Petani akan terlibat dalam proses penanaman, pemeliharaan tanaman, sampai panen. Selanjutnya tebu yang dipanen diolah di pabrik menjadi gula, alkohol/spiritus, batako, dan energi. Sistem pengolahan yang dilakukan oleh PG Madukismo termasuk zero waste¸karena mengubah bentuk limbah menjadi bentuk lain yang lebih berguna dan bisa dimanfaatkan atau dijual kembali. Produksi gula melalui tahap pemerahan nira untuk mendapatkan sari gula, pemurnian nira dengan sulfitasi, penguapan nira, kristalisasi, puteran gula, dan pengemasan. PG Madukismo tidak hanya memproduksi gula, juga menawarkan paket wisata edukasi agroindustri. Perjalanan wisata agroindustri ini adalah wisata untuk melihat proses produksi yang dilaksanakan. Kita akan di antar menggunakan gerbong yang ditarik oleh lokomotif tua berkecepatan 2 km/jam. Biasanya wisata ini dilaksanakan pada masa giling yakni bulan Mei – September.

Kinerja :

Kemajuan produksi tebu PG Madukismo:

  • Desain awal 1.500 ton tebu per hari (tth)
  • Tahun 1976 ditingkatkan lagi menjadi 2500 tth
  • Tahun 1992 ditingkatkan lagi menjadi 3000 tth
  • Tahun 2000 – sekarang berhasil mencapai hingga 3500 tth

Pada tahun 1976 awal, telah diproduksi 15.000 liter alcohol per hari. Sistem pengolahan zero waste memanfaatkan limbah ampas tebu menjadi bahan bakar bagi prosesing pabrik gula khususnya di stasiun boiler. Alkohol yang dihasilkan sebagai produk sampingan kini menjadi salah satu produk utama untuk menyuplai kebutuhan apotek, rumah sakit, maupun laboratorium. Saat ini juga terdapat penawaran paket Agrowisata Madukismo yang sangat bermanfaat sebagai sarana edukasi.

Pembahasan :

Varietas tebu yang digunakan PG Madukismo adalah PS 862, PS 7616, PS 941, dan PS Bululawang. Pembibitan tebu dilakukan pada lahan seluas 5 x 25 meter, dengan total 50.000 bibit. Cara penanaman tebu yang efisien adalah dengan meletakkan batang tebu dengan dua ruas secara tertidur.  Jika ditanam secara berdiri maka hanya ada satu mata tunas, sedangkan jika ditidurkan terdapat dua mata tunas. Terdapat empat kelas bibit tanaman tebu yaitu kelas bibit pokok, bibit nenek, bibit induk, dan bibit datar. Tipologi lahan tebu adalah lahan kering atau lahan bekas bukaan sawah. Pola bukaan lahan tebu adalah sistem Reynoso, yaitu terdapat parit-parit dalam yang bertujuan untuk mengelola sistem drainase yang intensif.

Tanaman tebu dapat berupa tanaman pertama (PC) dan tanaman keprasan (Ratoon). Tanaman tebu keprasan masih berproduksi dengan baik hingga empat kali keprasan. Jenis bibit yang digunakan bisa dari stek (bagal) dan dari single bud planting. Single bud planting ini adalah cara pembibitan menggunakan satu mata tunas tebu dalam polibag. Keuntungannya adalah daya tumbuhnya seragam, jumlah anakan lebih banyak, hemat tempat dan biaya. Tebu dipanen setelah cukup masak, yaitu kadar gula sukrosa maksimal dan kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Sehingga perlu dilakukan analisa pendahuluan saat 1,5 bulan sebelum penggilingan. Setelah tebu dipanen dan diangkat ke pabrik selanjutnya dilakukan pengolahan gula putih.

Tebu dilumat menggunakan unit gleter sebanyak lima kali sehingga menghasilkan cairan berupa nira dan padatan yaitu ampas tebu. Nira selanjutnya dimurnikan melalui proses sulfitasi yang bahan pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit dari hasil pembakaran. Sisa limbah dari bahan pemurni tersebut sangat banyak yaitu sebanyak 40 ton setiap harinya. Sehingga limbah tersebut didaur ulang menjadi pupuk organik.Dari proses ini dihasilkan nira jernih yang dikirim ke stasiun penguapan untuk diuapkan pada suhu 105°C. Sehingga dihasilkan nira yang lebih jernih. Tahap selanjutnya adalah kristalisasi gula, yaitu nira kental dari diuapkan lagi dalam pan vakum enggunakan uap dengan tekanan 65 cmHg, dan suhu didihnya 650C. Kemudian kristal gula dipisahkan dari Stroop menggunakan saringan pemutar dengan kecepatan 3500 rpm, dihasilkan kristal gula dan tetes gula (melasse).

Kristal gula ini kemudian dipanaskan menggunakan mesin boiler sehingga dapat menghasilkan gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Suiker). Gula dikemas dalam karung berukuran 50 kilogram kemudian disimpan di gudang. Ampas tebu selain digunakan untuk memanaskan boiler, juga menghasilkan abu. Abu ini dimanfaatkan untuk bahan pembuatan batako. Pengolahan alkohol menggunakan melasse yang ditambah pupuk kemudian dilakukan fermentasi menggunakan ragi Saccharomyces sp. selama 48 jam. Hasilnya adalah alkohol dengan konsentrasi 10% selanjutnya disuling dan dididihkan pada suhu 100°C. Uapnya yang ditampung adalah alkohol 95%. Sedangkan produk sampingan alkohol teknis dengan konsentrasi kurang dari 94% merupakan aldehid yang berfungsi sebagai bahan bakar dikenal spiritus.

Kesimpulan :

Pabrik gula Madukismo menerapkan sistem pengolahan tebu menjadi gula dan alkohol dengan efisien dan ramah lingkungan. Selain itu juga menghasilkan produk sampingan yang bernilai jual seperti batako.

Tinggalkan komentar